Minggu, 12 Mei 2013

Faktor Mahalnya Bayi Tabung



Program bayi tabung (in vitro fertilization/IVF) di Indonesia kini sudah mengalami kemajuan pesat dan memiliki kualitas yang tidak kalah dengan program IVF dari luar negeri. Teknologi terkini itu, mampu menurunkan risiko kegagalan bayi tabung, terlebih saat memilih sel telur dan sel sperma unggul. Tehnik menyuntikkan satu sel sperma ke dalam sel telur untuk menciptakan pembuahan, juga sudah bisa dilakukan di klinik IVF di Indonesia. Tehnik penyuntikan sperma ini dilakukan supaya tidak mengganggu materi sel telur. Tehnik ini, katanya, salah satu cara yang membuat program bayi tabung IVF di Indonesia memiliki tingkat keberhasilan tinggi, yaitu 40 persen, serupa dengan tingkat keberhasilan di luar negeri. Tidak hanya peralatan dan laboraturium, namuan kualitas tenaga medis di Indonesia dikatakan tidak kalah, bahkan beberapa dokter memiliki kemampuan melebihi dokter di luar negeri.  

Beberapa pasangan mungkin bisa menggunakan jasa program bayi tabung untuk mendapatkan keturunan. Namun biaya yang cukup tinggi masih menjadi kendala utama bagi pasangan lain yang kesulitan mendapatkan keturunan. Karena program bayi tabung tersebut menjadi salah satu pilihan pasangan suami istri yang sulit memperoleh anak. Namun, hingga kini banyak yang mengeluhkan mahalnya mendapatkan bayi dengan teknik rekayasa produksi ini. Selain tingginya biaya, SDM spesialis bayi tabung ini juga masih sangat sedikit. Padahal, banyak pasangan yang memerlukan konsultasi dan bantuan agar memiliki keturunan. Lantas, faktor apa yang meyebabkan mahalnya program ini?

                Biaya untuk melakukan program bayi tabung di Indonesia berkisar antara Rp 60 juta dan Rp 70 juta untuk satu kali siklus, mulai dari merangsang keluarnya sel telur hingga transfer embrio ke dalam rahim. Siklus ini bukan didasarkan atas keberhasilan kehamilan. Untuk bisa berhasil, pasangan yang melaksanakan bayi tabung umumnya harus melakukan lebih dari satu kali siklus.

Sebagai perbandingan, proses bayi tabung di Malaysia diperkirakan 1.000 ringgit Malaysia (sekitar Rp 30 juta). Mahalnya biaya bayi tabung di Indonesia disebabkan pajak obat-obatan yang digunakan.

Sekretaris Jenderal Perfitri Budi Wiweko menambahkan, mahalnya biaya bayi tabung juga disebabkan sebagian besar asuransi tidak menanggung proses ini. ”Persoalan infertilitas atau ketidaksuburan masih dianggap bukan penyakit,” ungkapnya.

Mahalnya biaya ini membuat sebagian masyarakat enggan untuk melakukan bayi tabung. Padahal, jumlah pasangan tak subur di Indonesia cukup tinggi. Badan Pusat Statistik menyebut pada tahun 2008 ada 3,9 juta pasangan tak subur. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 200.000 pasangan potensial untuk melakukan bayi tabung.

Pada tahun 2010, jumlah siklus pembuatan bayi tabung di Indonesia baru mencapai 2.000 siklus. Padahal, Indonesia sudah mengenal teknik ini sejak tahun 1987. Sedangkan Vietnam yang baru mengenal bayi tabung pada tahun 1999 sudah memiliki 6.000 siklus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar