Kehadiran program bayi tabung di era modern saat ini adalah jawaban atas segala masalah kesuburan. Program kehamilan yang sebelumnya mustahil terjadi, kini bisa diwujudkan melalui program tersebut. |
Umumnya pasangan menikah ingin segera memiliki anak tak lama setelah pernikahan berlangsung. Namun demikian, urusan mau punya anak memang sepenuhnya adalah rezeki Tuhan. Meski telah berusaha semaksimal mungkin, jika belum rezeki, apa daya melawan? Setidaknya begitulah yang disampaikan pasangan menikah yang tak kunjung juga memiliki anak. Lantas, apa memang tak ada solusinya?
Saat ini berkat berkembangnya teknologi kedokteran, program bayi tabung atau juga dikenal dengan nama IVF (in vitro fertilization) benar-benar menawarkan solusi untuk pasangan menikah yang tak kunjung dianugerahi buah hati juga. Terlepas dari kontroversinya, bagaimanakah tingkat kesuksesan dari program tersebut?
Saat ini berkat berkembangnya teknologi kedokteran, program bayi tabung atau juga dikenal dengan nama IVF (in vitro fertilization) benar-benar menawarkan solusi untuk pasangan menikah yang tak kunjung dianugerahi buah hati juga. Terlepas dari kontroversinya, bagaimanakah tingkat kesuksesan dari program tersebut?
Dikutip dari KOMPAS.com, saat
ini sudah banyak pasangan yang mengalami gangguan kesuburan
melakukan program bayi tabung. Bahkan di Indonesia sendiri program bayi tabung
memiliki persentase keberhasilan tertinggi dibandingkan dengan negara-negara
tetangganya. Namun sayang, bila dibandingkan dengan negara tetangga, jumlah
klinik bayi tabung di Indonesia memang masih sedikit, yakni baru 26 klinik di
11 kota, terutama di kota-kota besar. Bandingkan dengan Jepang yang berpenduduk
110 juta orang dan memiliki 600 klinik kesuburan.
Hal ini diamini oleh dr. Budi
Wiwengko, Sp OG, selaku sekjen Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia
(Perfitri) yang angkat bicara dalam acara “media edukasi perkembangan terkini
infertilitas dan bayi tabung di Jakarta”. Menurut beliau, “dari segi fasilitas
dan kemampuan, dokter kita sudah setara dengan negara tetangga. Angka
keberhasilannya pun hampir sama, sekitar 40 persen.”
Melihat data dan angka tersebut,
tentunya sangat disayangkan apabila program bayi tabung ini tidak bisa merata
ke seluruh nusantara. Peran pemerintah dan lembaga terkait jelas dibutuhkan
demi mensosialisasikan program bayi tabung di dalam negeri, disamping dengan
memfasilitasi juga tentunya. Mengingat bukan hanya penduduk kota besar saja
yang membutuhkan solusi punya anak, melalui program bayi tabung. Bayangkan,
jika ada seorang ibu di Makassar yang ingin mengikuti program bayi tabung. Tentunya
ia akan memilih terbang ke Singapura yang jaraknya lebih dekat dari Jakarta
bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar